Kamis, 12 Januari 2012

Mengubah Energ Panas Menjadi Energi Listrik

Energi matahari merupakan sumber energi yang sangat besar di dunia ini. Energi matahari berpotensi mampu menyediakan kebutuhan energi dunia dalam waktu yang lama jika dimnafaatkan semaksimal mungkin. Pemanfaatan energi matahari secara langsung dapat dilakukan untuk memanaskan atau mendinginkan.

Salah satu pemanfaatan matahari adalah pembangkit listrik tenaga panas matahari. Mekanisme yang digunakan adalah kaca-kaca besar yang digunakan mengkonsentrasikan cahaya matahari ke satu garis atau titik. Panas yang ditangkap, dimanfaatkan untuk menghasilkan uap panas. Tekanan uap panas yang tinggi digunakan untuk menjalankan turbin agar menghasilkan listrik.

Selain dengan tekanan uap panas, cahaya matahari dapat dimanfaatkan sebagai sumber listrik dengan menggunakan photovoltaic. Prinsip photovoltaic melibatkan pembangkit listrik dari cahaya, penggunaan bahan semi konduktor yang dapat disesuaikan untuk melepas elektron (partikel bermuatan negatif) yang membnetuk dasar listrik.

Bahan semi konduktor yang paling umum digunakan adalah silikon. Sel photovoltaic mempunyai sedikitnya dua lapisan semi konduktor, lapisan pertama bermuatan positif dan lapisan kedua bermuatan negatif. Ketika cahaya bersinar pada semi konduktor, muatan listrik menyeberang sambungan di antara dua lapisan menyebabkan listrik mengalir, membangkitkan arus DC.

Selain memanfaatkan panasnya untuk menghasilkan listrik, sebuah tim riset dari MIT sedang mengembangkan teknologi media penyimpan energi yang berbeda. Pemanfaatan baterai dan garam cair masih dimanfaatkan hingga sekarang sebagai media penyimpan energi.

Tim tersebut tengah memanfaatkan teknologi nano yang merupakan kunci teknologi media penyimpan energi. Azobenzena merupakan nama-nama tabung karbon yang akan menjadikan teknologi tersebut sebagai baterai matahari.

Baterai ini memiliki prinsip yang berbeda dengan baterai biasa. Baterai biasa mengubah energi kimia menjadi energi listrik, namun baterai matahari menyimpan panas di kontainer baterai dan mengubah panas yang disimpan menjadi energi kimia di dalam kontainer yang sangat tersekat dari suhu dan udara luar. Pada saat dibutuhkan, energi panas yang tersimpan dapat dimanfaatkan kembali.

Azobenzena yang ada di baterai matahari mampu menghasilkan densitas energi yang setara dengan lithium ion. Bahkan, baterai yang tengah dikembangkan tersebut bisa secara konstan diisi ulang dan digunakan dalam jangka waktu yang lama.

Sumber: greenpeace.org dan planethijau.com

Sumber foto: lutfiawulandari.blogspot.com

0 komentar:

Home

Kamis, 12 Januari 2012

Mengubah Energ Panas Menjadi Energi Listrik

Energi matahari merupakan sumber energi yang sangat besar di dunia ini. Energi matahari berpotensi mampu menyediakan kebutuhan energi dunia dalam waktu yang lama jika dimnafaatkan semaksimal mungkin. Pemanfaatan energi matahari secara langsung dapat dilakukan untuk memanaskan atau mendinginkan.

Salah satu pemanfaatan matahari adalah pembangkit listrik tenaga panas matahari. Mekanisme yang digunakan adalah kaca-kaca besar yang digunakan mengkonsentrasikan cahaya matahari ke satu garis atau titik. Panas yang ditangkap, dimanfaatkan untuk menghasilkan uap panas. Tekanan uap panas yang tinggi digunakan untuk menjalankan turbin agar menghasilkan listrik.

Selain dengan tekanan uap panas, cahaya matahari dapat dimanfaatkan sebagai sumber listrik dengan menggunakan photovoltaic. Prinsip photovoltaic melibatkan pembangkit listrik dari cahaya, penggunaan bahan semi konduktor yang dapat disesuaikan untuk melepas elektron (partikel bermuatan negatif) yang membnetuk dasar listrik.

Bahan semi konduktor yang paling umum digunakan adalah silikon. Sel photovoltaic mempunyai sedikitnya dua lapisan semi konduktor, lapisan pertama bermuatan positif dan lapisan kedua bermuatan negatif. Ketika cahaya bersinar pada semi konduktor, muatan listrik menyeberang sambungan di antara dua lapisan menyebabkan listrik mengalir, membangkitkan arus DC.

Selain memanfaatkan panasnya untuk menghasilkan listrik, sebuah tim riset dari MIT sedang mengembangkan teknologi media penyimpan energi yang berbeda. Pemanfaatan baterai dan garam cair masih dimanfaatkan hingga sekarang sebagai media penyimpan energi.

Tim tersebut tengah memanfaatkan teknologi nano yang merupakan kunci teknologi media penyimpan energi. Azobenzena merupakan nama-nama tabung karbon yang akan menjadikan teknologi tersebut sebagai baterai matahari.

Baterai ini memiliki prinsip yang berbeda dengan baterai biasa. Baterai biasa mengubah energi kimia menjadi energi listrik, namun baterai matahari menyimpan panas di kontainer baterai dan mengubah panas yang disimpan menjadi energi kimia di dalam kontainer yang sangat tersekat dari suhu dan udara luar. Pada saat dibutuhkan, energi panas yang tersimpan dapat dimanfaatkan kembali.

Azobenzena yang ada di baterai matahari mampu menghasilkan densitas energi yang setara dengan lithium ion. Bahkan, baterai yang tengah dikembangkan tersebut bisa secara konstan diisi ulang dan digunakan dalam jangka waktu yang lama.

Sumber: greenpeace.org dan planethijau.com

Sumber foto: lutfiawulandari.blogspot.com

Tidak ada komentar: