Seringkali sebagai siswa, kita kesal pada guru kita. "Mengapa
Bu A yang mengajar? Mengapa tidak Pak B?" Ya, sering kali kalimat tersebut
kita jumpai di lingkungan sekolah. Tidak hanya itu, tetapi lebih parahnya lagi,
saat saya duduk di bangku SMA, kalimat ini tidak asing untuk didengar:
"Mengapa sih Bu
X harus masuk? Nggak tau
siswa capek apa sama gaya dia ngajar? Nggak becus banget jadi guru". Padahal setelah
ditilik lebih lanjut, dengan gampang kita melontarkan kata-kata tersebut tanpa
melihat kondisi guru kita yang bahkan setengah mati untuk mengajar kita. Dari
tahun ke tahun harus melakukan tugas yang sama. Mengajar bab yang sama, lalu
pulang, dan terus demikian ritme hidup sebagai guru.
Hal di atas yang
dipaparkan mengenai guru yang menyebalkan. Bagaimana dengan guru idola?
Sesekali saya bertanya pada teman SMA saya mengenai sosok guru idola :
"Guru idola ya guru yang bisa becus mengajar.
Guru yang baik, ngga
marah-marah, dan pengertian sama muridnya. Seperti Bu Y". Menurut
teman saya yang lain, ia juga mendukung argumentasi teman saya sebelumnya
mengenai guru idola. Bagi mereka guru idola itu adalah guru yang baik, jarang
memberi tugas, tidak pernah marah-marah, kalau terlambat ya diberi keringanan,
sedangkan kebalikan dari semua argumen di atas, menurut mereka adalah guru yang
menyebalkan.
Berdasarkan dua argumen bertentangan di atas, bagaimanakah sosok guru
yang ideal?
Sebab, apabila seorang guru idola yang disebut sebagai guru yang ideal,
penulis kurang setuju. Sebab, apabila guru yang baik, tidak pernah memberi tugas,
dan memanjakan murid-muridnya adalah sosok guru yang wajib disebut sebagai guru
yang ideal, akan jadi bagaimanakah nasib Indonesia di masa depan? Bila tidak
memiliki generasi-generasi yang memiliki mental kuat, terbiasa dengan banyak
tugas, dan disiplin?
Tetapi di sisi lain, guru yang menyebalkan juga bukan merupakan
sosok guru yang ideal. Sebab, guru yang menyebalkan biasanya tidak membuat
suasana kondusif bagi siswa-siswanya untuk bisa menangkap setiap transfer ilmu
yang mereka lakukan. Hal tersebut berdampak pada ketidakinginan siswa untuk mau
belajar mata pelajaran yang diberikan guru tersebut. Tidak adanya motivasi dari
sang guru atau bisa dikatakan: “jangankan memotivasi, beliau ngajar di kelas aja bikin pusing, ngantuk. Mending bolos aja lah”. Apabila sudah
tidak adanya semangat yang timbul dari dalam diri sendiri, serta tidak juga
didukung oleh sang guru, bagaimana nasib murid dewasa ini? Mereka tidak akan
memiliki semangat yang seharusnya mereka miliki untuk meraih cita-cita, ilmu,
dan pendidikan karakter sebagai siswa.
Berdasarkan dua bahasan utama di atas, menurut penulis, guru yang
ideal menurut penulis yang juga berpengalaman sebagai siswa selama 12 tahun,
adalah :
1. Guru yang menguasai keadaan
Guru yang menguasai keadaan yang dimaksud adalah guru yang mampu
menciptakan keadaan yang kondusif untuk belajar. Misalnya, saat murid rebut,
guru tersebut harus tegas dalam memberi tahu siswanya untuk tenang dan melanjutkan
kegiatan belajar mengajar
2. Guru yang sabar
Guru yang sabar di sini adalah guru yang mau membimbing siswanya
untuk dapat menangkap setiap transfer ilmu yang dilakukan selama kegiatan
belajar mengajar. Guru dalam hal ini harus mampu menahan amarah saat murid
tidak mengerti apa yang dijelaskan oleh sang guru tersebut dan sang guru
bersedia untuk mengulangi materi tersebut hingga sang murid mengerti. Sang guru
juga berpesan agar siswanya siap menerima materi dengan melakukan persiapan
sebelum sang guru memasuki kelas.
3. Guru yang memotivasi
Dewasa ini banyak guru yang hanya sekedar mengajar, pulang, datang
mengajar, pulang lagi. Padahal guru
juga merupakan orang tua kita di sekolah. Sudah seharusnya guru mampu memberi
motivasi-motivasi positif agar siswanya berani untuk maju dan melakukan
perubahan-perubahan positif dalam hidupnya. Guru yang memotivasi adalah guru
yang memberi kata-kata penyemangat yang sanggup membuat siswanya berapi-api
dalam meraih cita-citanya.
4. Guru yang menguasai materi
Tentu hal ini menjadi salah satu syarat utama guru ideal, sebab
banyak dijumpai guru yang sepertinya tidak pandai menguasai materi yang ia
bawakan. Dalam hal ini, guru diharap melakukan segala persiapan agar mampu
mengajar dengan baik.
Berdasarkan paparan diatas, masihkah anda berfikir bahwa guru
idola adalah sosok guru ideal? Hanya anda yang mengetahui jawabannya.
2 komentar:
Artikel nya sudah bagus mbak (y)
Semoga menang yah :D
amin.. maaci pii ^^~
Posting Komentar